Rabu, 05 Oktober 2011

"SWA BHUANA PAKSA"

                   


Swa Bhuwana Paksa adalah doktrin dan sekaligus lambang TNI Angkatan Udara. Nilai-nilai juang TNI Angkatan Udara yang dimanifestasikan dalam bentuk lambang TNI Angkatan Udara Swa Bhuwana Paksa memiliki kandungan makna sebagai sayap tanah air Indonesia. Lambang tersebut sekaligus menyatakan, bahwa TNI Angkatan Udara merupakan payung yang melindungi seluruh wilayah kedaulatan Indonesia dan mengangkat harkat martabat bangsa serta bertekad membangunnya untuk menjadi Indonesia yang jaya di udara.

SEJARAH
Swa Bhuwana Paksa secara resmi dipakai sebagai Lambang TNI AU berdasarkan Keputusan Presiden No.137 tahun 1952 ( masa pemerintahan Presiden Soekarno ) pada peringatan Hari Angkatan Perang ketujuh, 5 Oktober 1952 di Jakarta. Filosofi dan desain lambang Swa Bhuwana Paksa adalah hasil karya dua anggota TNI AU, Hupudio dan Saridjan yang dibuat pada awal tahun 1950. Sedangkan kata-kata Swa Bhuwana Paksa adalah sumbangan pemikiran dari Prof. Dr. R. Ng. Poerbacaraka, ahli bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa kuna, yang bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti ‘Sayap Tanah Air’. Kata Swa, berasal dari kata Sva yang berarti "aku sendiri". Kata Bhuwana berasal dari kata bhuvana yang artinya "dunia" atau "tanah air". Kata Paksa (dibaca "Paksya"), berarti "sayap" atau "pembela/pelindung". Dalam arti lengkapnya, Swa Bhuwana Paksa adalah "Sayap Tanah Airku" atau "Pelindung / Pembela Tanah Airku".

MAKNA
Lambang Swa Bhuwana Paksa memiliki 6 bagian, yaitu :
  • Burung Garuda, yang memiliki sifat gagah dan berani melambangkan TNI AU sebagai pengawal kedaulatan negara. Sayap yang sedang dikembangkan, memiliki makna bahwa TNI AU selalu siap terbang (beroperasi) kapan pun diperlukan. Jumlah bulu sayap adalah 17 helai dengan susunan 8, 5, dan 4 yang diartikan sebagai semangat Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Kepala burung yang menengok/memandang arah matahari terbit (arah timur sesuai arah peta Indonesia dalam perisai), diartikan bahwa TNI AU selalu siap menyongsong kehidupan baru yang dinamis, yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Perisai, yang didalamnya tergambar peta Indonesia, melambangkan bahwa TNI AU siap menjadi perisai Negara Kesatuan RI dari setiap ancaman.
  • Lima Anak Panah, dicengkeram kaki burung Garuda, melambangkan bahwa TNI AU memegang teguh dasar negara Pancasila. Senjata Panah melambangkan bahwa TNI AU selalu siap siaga melaksanakan tugas.
  • Lidah Api, yang digambarkan empat di kiri dan lima di kanan perisai melambangkan semangat 45 yang selalu menyala di dada setiap Prajurit TNI AU.
  • Manggar, dua rangkaian manggar (bunga), kelapa, masing-masing 17 untaian melambangkan kemakmuran rakyat Indonesia yang merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945.
  • Tulisan Swa Bhuwana Paksa, diartikan bahwa TNI AU adalah sayap tanah air, pembela dan pelindung Negara Kesatuan RI.
Secara keseluruhan lambang TNI AU “Swa Bhuwana Paksa” memiliki makna yang sangat mendalam sebagai alat pembangkit semangat korsa bagi setiap prajurit TNI AU untuk melakukan tugas terbaiknya disertai keikhlasan pengorbanan dalam membela, serta melindungi bangsa dan negara.


DOKTRIN
TNI Angkatan Udara sebagai bagian integral dari TNI dalam upaya pertahanan negara, dengan sifat khasnya yang padat materiil dan sarat teknologi, harus selalu dan terus menerus diupayakan untuk dipelihara serta dibina kekuatan dan kemampuannya, agar dapat melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya dalam sistem pertahanan negara. Untuk menjamin keberhasilan baik pembinaan maupun penggunaan kekuatan, maka diperlukan suatu pedoman yang harus dijiwai dan dipahami oleh setiap personel TNI Angkatan Udara dan TNI lainnya, berupa Doktrin TNI Angkatan Udara Swa Bhuwana Paksa, yang sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

"PRAYATNA KERTA GEGANA"


PRAYATNA KERTA GEGANA



Mengandung makna
Pangkalan Udara sebagai ujung tombak TNI Angkatan Udara selalu waspada dalam mengamankan, mengawal dan menegakkan Kedaulatan Negara di udara/Dirgantara Nasional.

Isi dan Arti Gambar
1. Awan, menggambarkan bahwa TNI Angkatan Udara menggunakan media udara/dirgantara sebagai ruang gerak dan juangnya.
2. Mata Angin, menggambarkan bahwa TNI Angkatan Udara sebagai pengaman, pengawal dan penegak kedaulatan negara di udara/dirgantara Nasional siap untuk beroperasi dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
3. Kilat, menggambarkan bahwa TNI Angkatan Udara sesuai dengan sifat alutsistanya menghadapi situasi apapun cepat tanggap bereaksi untuk melaksanakan operasi udara.
4. Tiga buah Anak Panah, Pangkalan sebagai ujung tombak TNI Angkatan Udara   selalu siap melaksanakan tugas pokoknya baik dalam bidang pembinaan maupun operasi.


Arti Warna
1. Biru Langit, melambangkan bahwa setiap Prajurit Angkatan Udara setia kepada Negara dan TNI Angkatan Udara sesuai ciri khas TNI AU menggunakan media udara sebagai wahana dalam melaksanakan tugas.
2. Merah, melambangkan profesionalisme dan berani mengambil resiko dalam melaksanakan tugas dan operasi.
3. Hijau Tua, melambangkan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugas pembinaan.
4. Kuning Emas, melambangkan setiap prajurit TNI Angkatan Udara mempunyai sifat luhur, agung dan berwibawa.
5. Hitam, melambangkan kebulatan tekad dan sifat ksatria serta kerelaan berkorban bagi setiap Pajurit TNI/TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugas.

8 WAJIB TNI

  1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat.
  2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat.
  3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita.
  4. Menjaga kehormatan diri di muka umum.
  5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya.
  6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat.
  7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.
  8. Menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.

SUMPAH PRAJURIT

Demi Allah saya bersumpah / berjanji :


  1. 1.Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
  2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan.
  3. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.
  4. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tentara dan Negara Republik Indonesia.
  5. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.

SAPTA MARGA

  1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila. 
  2. Kami Patriot Indonesia, pendukung serta pembela Ideologi Negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.
  3. Kami Kesatria Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.
  4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia.
  5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit.
  6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan Bangsa. 
  7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji serta Sumpah Prajurit.

VISI & MISI


VISI :
BAHWA PANGKALAN TNI AU SOEWONDO SEBAGAI UJUNG TOMBAK TNI ANGKATAN UDARA SELALU SIAP MELAKSANAKAN TUGAS POKOKNYA BAIK DI BIDANG PEMBINAAN MAUPUN OPERASI.

MISI :
1.MENYELENGGARAKAN PEMBINAAN DAN PENYIAPAN SATUAN-SATUAN DALAM JAJARANNYA.
2.MENGUMPULKAN DAN MEREKAM DATA-DATA GUNA MENYEMPURNAKAN TEKNIK/TAKTIK OPERASI MAUPUN LATIHAN.
3.MELAKSANAKAN PEMBEKALAN DAN PENGADAAN MATERIIL BAGI SATUAN-SATUAN JAJARANNYA.
4.MENYELENGGARAKAN BINPOTDIRGA.
5.MENYELENGGARAKAN PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA SERTA FASILITAS PENDUKUNG YANG MENJADI TANGGUNG JAWABNYA.
6.MENGADAKAN KOORDINASI DENGAN BADAN-BADAN DAN INSTANSI TERKAIT DI DALAM DAN LUAR LANUD.
7.MENGAJUKAN SARAN DAN PERTIMBANGAN KEPADA PANGKOOPSAU I MENGENAI HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BIDANGNYA.

TUGAS POKOK LANUD MEDAN


Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan bertugas menyiapkan dan melaksanakan pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan jajaran, membina potensi dirgantara serta menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya.

KILAS SEJARAH LANUD SOEWONDO


KILAS SEJARAH LANUD SOEWONDO

Masa Perjuangan Kemerdekaan
Kekalahan bala tentara Jepang terhadap kedahsyatan pasukan Sekutu di seluruh Republik pada tahun 1945 telah membuat kocar-kacir unit-unit pasukannya. Begitu juga dengan unit tentara udaranya di Polonia Medan yang juga tak luput dari bombardir pesawat-pesawat sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Letnan Khasmir untuk membentuk Bala Tentara Udara Republik di Polonia. Bala Tentara Udara ini bertugas untuk merampas senjata-senjata dan suku cadang pesawat milik Jepang yang tersimpan di gudang-gudang Poloniauntuk dimanfaatkan TKR udara. Selanjutnya Khasmir membentuk TKR Udara Berastagi. Sementara di bekas lapangan udara milik Jepang di desa Padang Cermin Kabupaten Langkat 40 km dari Medan telah pula terbentuk TKR Udara Padang Cermin dibawah pimpinan Kapten Abdul Karim Saleh, yang kemudian lapangan terbang ini sempat menjadi pusat AURI di Sumatera Timur  pada tahun 1946 diawal terbentuknya Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).

Penyerahan Belanda Kepada Republik
Seperti semua Pangkalan Udara lain pada saat setelah Belanda takluk kepada pemerintah Republik Indonesia belum sepenuhnya mereka serahkan kepada Tentara Republik, demikian juga dengan Pangkalan Udara Polonia Medan. Baru pada tanggal 18 April 1950 “Militaire Luuchtvaart” Kerajaan Belanda dengan diwakili tiga perwiranya, dua diantaranya adalah Kapten Benjamin dan Kapten Sthud menyerahkan kepada pemerintah RI yang diwakili oleh Kapten Udara Mulyono sebagai Komandan Lanud Medan yang pertama. Penyerahan dilaksanakan dengan upacara militer yang dihadiri oleh seluruh anggota AURI yang ada di Sumatera Utara dan Aceh bertempat di depan Markas Lanud Medan.

Setelah serahterima Lanud Medan dari Kerajaan Belanda ke Angkatan Udara Republik Indonesia maka dimulailah pengoperasian Lanud Medan yaitu dengan datangnya deploy pesawat-pesawat AURI seperti Mustang, Harvard dan lain-lain. Komandan Lanud Medan Kapten Udara Mulyono sendiri ikut menerbangkan pesawat-pesawat Mustang yang standby du Lanud Medan.

Tidak berapa lama kemudian pada tahun 1951 untuk melengkapi struktur organisasi Pangkalan Udara Medan, sekaligus antisipasi kemungkinan ancaman terhadap Pangkalan maka dibentuklah Batalyon PGT pertama di Medan yaitu Batalyon Tempur C PGT Medan, dan yang menjabat sebagai Komandan Batalyon adalah LU I Yatiman.

Pemberontakan PRRI Nainggolan
Masa pemberontakan PRRI di Sumatera khususnya di kota Medan pada tahun 1957 juga tidak terlepas dari perjalanan sejarah keberadaan Lanud Medan, hal itu terbukti dengan dijadikannya Lanud Medan sebagai sasaran tembakan senjata lengkung pemberontak. Tidak kurang tiga lubang bekas jatuhnya peluru hampir melubangi landasan dan satunya jatuh di sebelah kanan pegawai sipil persenjataan atau lebih kurang sepuluh meter dari gudang senjata namun peluru tidak meledak. Untungnya lagi saat sebelum terjadinya serangan, para penerbang telah terlebih dahulu menerbangkan pesawat-pesawatnya meninggalkan Medan.

Serangan yang dilakukan pemberontak hanya dengan penembakan senjata lengkung tanpa ada upaya dari mereka untuk mencoba masuk ke areal Lanud, hal ini dikarenakan sebelumnya pemberontak sudah mengetahui bahwa areal Lanud dijaga oleh Pasukan Pertahanan Pangkalan yang sangat militan dan akan sulit menembusnya. “Silakan pemberontak masuk pangkalan...!!! akan saya habisi mereka.” Demikian teriakan yang dilontarkan oleh Letnan Harizt perwira Belanda yang tidak mau kembali ke tanah airnya dan lebih memilih bergabung dengan AURI sebagai Pasukan Pertahanan Pangkalan, sekarang jejaknya diteruskan oleh putrinya Hendrica menjadi penerbang TNI AU. Teriakan itu dilakukan sambil menenteng 12,7 ditangannya (dituturkan kembali oleh Bapak Rajha Gobhal mantan pegawai Miltaere Luchtvaart-Angkatan Udara Belanda)

Sehari setelah terjadinya serangan pemberontak ke Lanud Medan keesokan paginya dilaksanakan serangan balasan oleh AURI dengan membombardir tempat pengunduran pasukan pemberontak di jalan Binjai Stasion pemancar RRI dengan tiga pesawat Mustang yang salah satu penerbangnya adalah Letnan Udara II Suwondo. Pasukan pemberontak dibawah pimpinan Letkol Nainggolan akhirnya lari menuju daerah Tapanuli bergabung dengan pemberontak lainnya di Sumatera Barat dibawah pimpinan Ahmad Husein. Siangnya, Suwondo pada periode kedua terbang melakukan pengejaran. Namun naas karena terbang terlalu rendah pesawatnya tertembak oleh anak buah Nainggolan di desa Tangga Batu Tapanuli, Suwondo gugur. Sebelum jenazah dijemput oleh anggota AURI dari Lanud Medan, anak buah Nainggolan menyempatkan melakukan penghormatan militer kepada Almarhum Suwondo. (diceritakan kembali oleh Bapak Amat Tasri personel Lanud Medan yang ikut menjemput jenazah dan reruntuhan pesawat dari lokasi jatuhnya pesawat).

Untuk mengenang jasa Almarhum Letnan Udara II Suwondo namanya diabadikan menjadi nama komplek perumahan TNI Angkatan Udara Suwondo yang ada di Polonia Medan.

Pasca Likuidasi Organisasi
Setelah likuidasi organisasi, Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan dijadikan Pangkalan Operasi dibawah jajaran Komando Operasi TNI Angkatan Udara I yang berkedudukan di Jakarta. Pada era ini Lanud Medan telah dijadikan sebagai Pangkalan tempat pelaksanaan latihan bersama dengan negara-negara tetangga sewawasan, dan pada era ini juga Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan diresmikan oleh Menhankam Pangab yang saat itu dijabat oleh Jenderal TNI M. Yusuf sebagai tempat dislokasi satuan tempur udara pesawat “A-4 Skyhawk”.

Berlanjut terus sampai kemudian kedatangan pesawat-pesawat tempur baru menyusun kekuatan baru dijajaran Koopsau I. Sejak ditempatkannya pesawat Hawk di Skadron udara 12 Lanud Pekanbaru dan Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak, Lanud Medan tidak lagi dijadikan Pangkalan Udara tempat pelaksanaan Latihan Bersama.

BLOG TERKAIT

 
Design by Franzire | Bloggerized by Pentak Lanud Medan | coupon codes